Karya Tulis Ilmiah
Pembudidayaan Lobster
Air Tawar
SMA AL-IRSYAD
CILACAP
Disusun oleh :
1. Adinda
Miftahul Ilmi (NIS:
1945)
2. Aditya
Eka Bagaskara (NIS: 1946)
3. Imam
Syaeful Fathah (NIS:
2008)
4. Romy
Pamungkas (NIS:
2053)
5. Yutha
Valeda (NIS:
2071)
SMA
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
JL.
Jendral Sudirman No.70 Cilacap
2014/2015
HALAMAN
PENGESAHAN
Judul : BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR
Penyusun :
1.
Nama Lengkap : Adinda Miftahul Ilmi (NIS: 1945)
2.
Nama Lengkap : Aditya Eka Bagaskara (NIS: 1946)
3.
Nama Lengkap : Imam Syaeful Fathah (NIS: 2008)
4.
Nama Lengkap : Romy Pamungkas (NIS: 2057)
5.
Nama Lengkap : Yutha Valeda (NIS: 2071)
Guru
Pendamping :
a. Nama
Lengkap : Ratih
Anggraeni.S.Pd
b. NP : 1031001358
Menyetujui Cilacap, 01 Mei 2015
Guru Pendamping Ketua
Ratih Anggraeni, S.Pd Imam Syaeful Fathah
NP : 1031001358 NIS : 2008
Mengetahui
Kepala SMA
AL-Irsyad Cilacap
PARTANA S.Pd
NP : 1031000307
KATA
PENGANTAR
Segala Puji
Bagi Allah yg telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya sehingga karya tulis
ilmiah yang Berjudul “Pembudidayaan Lobster Air Tawar ini dapat di selesaikan
tepat pada waktunya.
Secara
khusus, Ucapan Terima Kasih kami sampaikan pada :
1) Bapak
Partana S.Pd selaku Kepala SMA AL-IRSYAD Cilacap yang telah memberi kesempatan
dan dorongan kepada kami.
2) Ibu
Ratih Anggraeni S.Pd selaku guru pembimbing dan penelaah yang berkenan memberi
masukan setelah mencermati dan meneliti Karya Tulis Ilmiah Ini.
3) Kepada
Masyarakat yang telah memberi bantuan
untuk menyelesaikan analisis Karya Tulis Ilmiah kami.
4) Rekan-rekan
yang telah memberikan semangat, saran dan masukan untuk membangun Karya Tulis
Ilmiah Kami.
Semoga
bantuan dan kerjasama yang telah diberikan kepada kami, mendapat balasan dari Allah
SWT. Kami menyadari Karya Tulis ini masih belum bisa di sejajarkan dengan
predikat karya tulis yang baik, masih terdapat banyak kekurangan yang masih
perlu diperbaiki. Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat lugas, Sehingga di lain kesempatan karya tulis ini bisa menjadi lebih
baik.
Cilacap, 01 Mei 2015
DAFTAR ISI
JUDUL...................................................................................................................................iHALAMAN
PENGESAHAN..............................................................................................ii
KATA
PENGANTAR.........................................................................................................iii
DAFTAR
ISI........................................................................................................................iv
ABSTRAK............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang...............................................................................................................1
B.
Rumusan
Masalah..........................................................................................................2
C.
Tujuan
Penelitian............................................................................................................2
D.
Manfaat Hasil
Penelitian................................................................................................2
BAB II KERANGKA TEORI
A.
Landasan
Teori...............................................................................................................3
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................................5
B.
Metode
Penelitian...........................................................................................................5
C.
Alat dan Bahan...............................................................................................................5
D.
Prosedur
Penelitian.........................................................................................................5
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Objek
Penelitian...............................................................................6
B.
Deskripsi Hasil
Penelitian..............................................................................................6
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan...................................................................................................................12
B.
Saran.............................................................................................................................12
Daftar Pustaka....................................................................................................................13
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup Siswa..............................................................................................14
ABSTRAK
Pembudidayaan
Lobster Air Laut Tawar oleh Masyarakat merupakan suatu proses cara
membudidayakan Lobster untuk bisa berkembang secara terus menerus. Karena
banyak bermanfaat bagi para pembudidaya dan seluruh masyarakat yang terlibat.
Sebab pentingnya membudidayakan Lobster sesuatu yang sederhana untuk
menghasilkan usaha-usaha yang kecil menjadikan yang besar. Lobster ternyata
tidak hanya ditemukan di perairan laut, tetapi juga di perairan tawar. Bahkan,
Lobster air tawar dapat dibudidayakan di luar habitat aslinya. Udang dengan
ukuran “raksasa” ini ternyata disukai konsumen, baik di luar maupun negeri.
Lobster air tawar memiliki cita rasa lebih gurih dibandingkan dengan lobster
air laut. Tidak hana itu, lobster air tawar memiliki kandungan lemak,
kolesterol, dan garam yang rendah sehingga aman di konsumsi oleh masyarakat.
Bentuk dan warna tubuh yang khas membuatnya layak mengisi akuarium. Kondisi
tersebut menggambarkan betapa prospek budi daya lobster air tawar terbuka
lebar, sebab animo peternak untuk membudidayakan cukup tinggi.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Keberadaan lobster air laut tawar di indonesia dapat
dikatakan suatu yang baru, khususnya Lobster jenis Cheaz quadricarinatus atau biasa disebut dengan red claaw. Red claw berasal dari Queensland, Australia. Namun, ada juga yang
tersebar di amerika serikat sampai perairan Papua, Indonesia, meskipun
jumlahnya relatif sedikit. Jenis red claw
memang meliki keunikan, yaitu warna tubuhnya biru laut. Padahal, warna biru itu
sendiri biasanya hanya dapat dijumpai pada ikan hias air laut. Dengan demikian,
Lobster air tawar ini tidak hanya dijadikan sebagai udang konsumsi, tetapi
dimanfaatkan sebagai udang hias. Red claw
pada dasarnya dapat hidup di berbagai habitat. Hanya saja untuk meningkatkan
produktivitasnya dalam berkembang biak, Red
claw cenderung cocok pada suhu yang bersuhu 20
. Kondisi tersebut sangat sesuai dengan
iklim di indonesia sehingga sangat mendukung serta menguntungkan jika di
budidayakan. Proses pembudidayaan red claw di indonesia tidak membutuhkan
heater yang berfungsi untuk merangsang suhu tinggi seperti yang biasa dilakukan
pada habitat asalnya di Queensland jika suhu terlalu rendah.
Red claaw
dapat berkembang dengan berat tubuh mencapai lebih dari 500gram dengan panjang
sekitar 50cm. Selain itu, lobster ini mampu hidup selama 4-5 tahun. Red claw memiliki tingkat produktivitas
yang tinggi, dalam setahun seekor red
claw betina mampu bertelur sebanyak empat kali dan menghasilkan ribuan
telur dan anakan.
Pembudidayaan red claw
dari segi ekonomi sangat menguntungkan dan mengingat biaya investasi serta
perawatan masih lebih kecil jika dibandingkan dengan keuntungan yang
didapatkan. Keuntungan tersebut dapat diperoleh dari penjualan Lobster ke
tempat penjualan ikan hias atau kolektor sebagai udang hias, ke hotel-hotel
berbintang dan restoran sebagai makanan yang bercita rasa tinggi. Red claw memiliki daging yang kenyal dan
rasa yang gurih melebihi lobster air laut. Di samping jga memiliki tingkat
kolesterol, lemak, dan kandungan garam yang rendah shingga aman dikonsumsi
berbagai kalangan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas dapat ditulis rumusan masalah yaiu sebagai berikut:
1. Bagaimana proses atau cara pembudidayaan lobster air tawar?
1. Bagaimana proses atau cara pembudidayaan lobster air tawar?
C.
TUJUAN
PENELITIAN
1. Untuk
mengetahui proses atau cara pembudidayaan lobster air tawar.
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
1. Bagi
Penulis
a. Memberi
ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
b. Mengerti
proses atau cara pembudidayaan lobster air tawar langsung di lapangan.
c. Mendapat
ilmu bisnis di bidang usaha lobster air tawar.
2. Bagi
Pembaca
a. Memberi
tahu kepada pembaca atau Masyarakat tentang pembudidayaan lobster air tawar.
b. Memberi
tahu masyarakat tentang tata cara atau proses untuk membuka usaha di bidang
peternakan terutama untuk pembudidayaan lobster air tawar.
c. Memberi
lapangan pekerjaan untuk masyarakat bagi yang membuat bisnis budidaya lobster
air tawar.
d. Mencintai
alam dan melestarikan hewan lobster.
BAB II
KERANGKA
TEORI
A.
Landasan
Teori
Budidaya
berpangkal pada cultivation, yaitu suatu pekerjaan yang berusaha untuk
menumbuhkan, menambah, dan mewujudkan benda agar lebih besar atau
banyak(tumbuh).
pekerjaan ini membutuhkan kepercayaan diri (pembudidaya) tumbuh, hidup dan berkembang.
pekerjaan ini membutuhkan kepercayaan diri (pembudidaya) tumbuh, hidup dan berkembang.
Lobster adalah
salah satu hewan yang berbentuk unik seolah gabungan udang dan
kepiting karena mirip udang berukuran besar dengan capit mirip kepiting yang
besarnya hampir menyamai badannya. Padahal banyak juga lobster yang bercapit
relatif kecil atau bahkan tidak bercapit sama sekali. Dalam silsilah, lobster
termasuk ke dalam filum Arthropoda, subfilum Crustacea, kelas Malacotraca, ordo
Decapoda, famili Nephropidae. Dari keluarga Nephropidae tersebut masih dapat
dibagi lagi ke dalam subfamili dan genera Neophoberinae, Thymopinae dan
Nephropinae.
Menurut Lowery (1988), genus Cherax merupakan udang air tawar yang mempunyai bentuk
seperti lobster karena memiliki capit yang besar dan kokoh, serta rostrum picak
berbentuk segitiga yang meruncing. Pada umumnya lobster air tawar secara
morfologi memiliki ciri-ciri tubuh terbagi menjadi 2 bagian, yakni bagian
kepala dan dada (Chepalothorax) serta bagian perut dan badan (Abdomen)
demikian dengan tubuh Cherax(Setiawan, 2006; Martusudarmo, 1980). Antara kepala bagian depan dan bagian belakang
dikenal dengan nama sub-chepalothorax (Setiawan, 2006). Cangkang yang menutupi kepala disebut karapas (carpace)
yang berperan untuk melindungi organ-organ tubuh bagian dalam, seperti otak,
insang, alat pencernaan (hati dan lambung) termasuk organ hepatopankreas,
jantung dan organ reproduksi (Setiawan,
2006; Martusudarmo, 1980). Karapas (penutup chepalothorax) tersusun dari
zat tanduk atau kitin yang tebal (Setiawan, 2006). Zat tanduk ini merupakan
nitrogen polisakarida (C8H13Nx) yang
disekresikan oleh epidermis dan dapat mengelupas pada waktu tertentu.
Menurut Iskandar (2003) dan Setiawan (2006), bila dilihat bagian
luar, lobster air tawar memiliki alat pelengkap, yaitu:
- Sepasang antenna yang berfungsi sebagai perasa dan
peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan.
- Sepasang antennula yang berfungsi sebagai alat
penciuman, mulut dan sepasang capit (celiped) yang lebar dengan
ukuran lebih panjang jika dibandingkan dengan ruas dasar capitnya.
- Sepasang maksila, mandibula dan maksilipedia.
- Enam ruas badan (abdomen) memipih, sedikit
lebar dan rata-rata hampir sama dengan lebar kepala.
- Ekor, terdiri atas ekor tangan (telson) memipih,
sedikit lebar dan dilengkapi duri-duri halus yang muncul di semua bagian
tepi ekor (Gambar 3). Bagian ekor lainnya adalah dua pasang ekor samping
(uropoda) yang juga memipih.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian pembudidaya lobster air tawar ini dilakukan
di Jl. Anggrek, pada hari Minggu 1 Maret 2015.
B.
Metode
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi
pustaka dan eksperimen percobaan. Studi pustaka dilakukan dengan menbaca dan
mengambil informasi dari buku buku referensi dan website. Eksperimen (praktik
langsung) dilakukan untuk mengetahui cara pembududayaan lobster air tawar.
C.
Alat dan Bahan
1.
Kamera Digital
2.
Hand Phone
3.
Buku Tulis
4.
Pipa Paralon
5.
Aquarium
D.
Prosedur Penelitian
1.
Tahap Awal
a.
Mengumpulkan informasi dan berbagai
literature tentang proses pembudidayaan Lobster Air Tawar
b.
Menentukan tempat penelitian
Budidaya Lobster Air Tawar
2.
Tahap Kedua
a.
Mengamati proses pembudidayaan
Lobster Air Tawar
3.
Tahap Akhir
a.
Menyusun hasil penelitian ke dalam
karya tulis ilmiah
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Objek
Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan kurang lebih empat bulan yang meliputi observasi di lokasi penelitian
yang menyangkut studi pembudidayaan Lobster yang dilakukan maka diperoleh hasil
penelitian yang akan di bahas berikut ini.
Belakangan ini pembudidayaan Lobster
Hampir di tonjolkan oleh masyarakat di Indonesia. Hal ini dapat di mengerti
karena memang banyak potensi Lobster yang diperkirakan juga sangat banyak. Pada
Hakekatnya adalah mengembangan dan memanfaatkan Hasil budidaya serta daya tarik
masyarakat erupa pemanfaatan Lobster sebagai Hasil budidaya
Dengan Potensi yang demikian banyak,
agar pembudi daya bisa memanfaatkan agar tertarik dengan perkembangan Lobster
secara sistematis bagi masyarakat Lokal.
Keterlibatan
masyarakat Lokal menjadi penting termasuk sebagai upaya untuk mendukung
mengembangkan Lobster bagi kesejahteraan masyarakat. Hal ini penting agar
pengembangan budidaya tidak hanya demi meninggalkan banyaknya Lobster tetapi
juga benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat yang bersangkutan
B. Pembahasan
1. Bahan
Penelitian
A. SUMBER
AIR
Air menjadi kebutuhan utama dalam
budidaya Lobster, Selain sebagai media internal, air juga sebagai media
eksternal bagi Lobster. Sebagai media internal,
air berfungsi sebagai pengangkut bahan pakan dan memperlancar metabolisme dalam
tubuh lobster. Sebagai eksternal, air
berfungsi sebagai habitat lobster sehingga tanpa air, Lobster tidak mungkin
bisa hidup.
Lobster
air tawar tentu menginginkan air tawar. Beberapa sumber air tawar yang dapat
dignakan untuk memelihara lobster adalah air sumur dan air pam atau air ledeng.
Berdasarkan pengalaman, Lobster penginginkan air dengan PH 7-8 dengan suhu 20
dan tingkat kesadaran air agak lembut, yaitu
antara 10
Sementara kandungan
minimal 7 ppm dan
maksimal 10 ppm.
Air yang berasal dari sumber (air
tanah) dapat langsung digunakan tanpa harus diolah terlebih dahulu. Namun, air
pam (air ledeng) harus di uapkan selama 10-12 jam sebelum digunakan.
B.
BAK PEMELIHARAAN
Bak
atau Kolam pemeliharaan merupakan tempat pembudidayaan lobster air tawar. Bak
digunakan untuk memelihara induk sebagai tempat pembesaran.
Bak dapat berbentuk segi empat atau
disesuaikan dengan luas dan bentuk lahan yang tersedia. Namun, yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan bak atau kolam lobster adalah ukurannya yaitu
sekitar 200cm x 100cm x 50cm.
Yang
membedakan dengan kolam ikan adalah pada bibir atas bak bagian dalam diberi
kaca, porselen, atau cukup dikasih semen. Tujuannya untuk mencegah lobster
kabur dari bak. Lobster air tawar terkenal dengan sifat pengembaranya yang
tinggi. Tinggi kaca atau porselen dari bibir atas kolam kebawah cukup 20cm.
Sementara dinding bagian bawah sampai dasar bak (ketinggian sampai 30cm)
diplester dengan semen. Bagian ini juga
merupakan batas pengisian air. Untuk mencegah luapan air bak dan menciptakan
kondisi air yang mengalir, sebaiknya dibuat pembuangan. Lubang pembuangan dapat
pula dibuat yang mengalir, sebaiknya dibuat saluran pembuangan. Lubang
pembuangan dapat pula dibuat dibagian tengah atau pinggir bak dengan cara
memasang pipa paralon berdiameter 1 inci (2,5cm) setinggi air bak. Namun, lubang tersebut harus ditutupi
dengan kain kasa agar lobster sulit untuk kabur.
C.
AKUARIUM
Adapun
jenis akuarium yang dibutuhkan dalam pembudidayaan lobster air tawar adalah
akuarium perkawinan induk, akuarium pengeraman dan penetasan, serta akuarium
pemeliharaan benih. Akuarium lobster dapat berbentuk persegi empat panjang atau
bujur sangkar. Akuarium perkawinan induk yang idela untuk lobster air tawar
dibuat dengan ukuran 100cm x 50cm x 45cm. Akuarium pengeraman dan penetasan
dengan ukuran 60cm x 45cm x 40cm. Adapun akuarium pemeliharaan beih dibuat
dengan ukuran 100cm x 70cm x 25cm. Disalah satu akuarium bagian atas tersebut
diberi lubang sebesa selang aerator, selain
sebagai tempat masuknya selang aerator, lubang tersebut juga di maksudkan untuk
mencegah lobster menyerap keluar selang aerator.
D.
PIPA PARALON DAN
ROSTER
Pipa
paralon merupakan tempat persembunyian sekaligus sebagai tempat berlindung dari
cahaya yang berlebihan. Ukuran diameter dan panjang paralon disesuaikan dengan
pertumbuhan lobster. Rooster bila digunakan sebagai tempat persembunian
mempunyai kelemahan, yaitu hana bisa digunakan untuk anakan sampai umur 3 bulan
atau panjang tubuh maksimal mencapai 7,5cm. Pipa paralaon yang digunakan, baik
di akuarium maupun didalam kolam, sebaiknya saling direkatkan dengan lem atau
diikat dengan kawat, yang penting adalah pipa tersebut tidak bergerak bebas di
dalam air ketika digunakan oleh lobster untuk bersembunyi.
E.
AERATOR
Alat
ini sangat penting karena tanpa alat ini maka sangat mungkin lobster aka mati
dalam akuarium atau baj akibat kekurangan pasokan oksigen dari udara. Aerator yang digunakan sebaiknya
disesuaikan dengan jumlah atau besar kecilnya akuarium dan bak.
C. Pembenihan
Lobster
1. Umur
Induk lobster air tawar akan mengalami
matang gonad pada umur 6-7 bulan. Oleh karena itu jika ingin membeli calon
induk sebaiknya membeli calon induk sebelum umur tersebut atau memilih calon
induk yang sudah berumur 5 bulan. Ini dimaksudkan agar calon induk memiliki
waktu yang cukup tapi tidak terlalu lama beradaptasi dengan lingkungan yang
baru.
2. Pertumbuhan
Memilih calon induk harus memperhatikan
proses pertumbuhan dari benih sampai lobster dewasa. Untuk mengetahui hal tersebut,
peternak dapat menanyakan kepada pemilik induk sebelum membeli. Ini penting
diperhatikan karena calon induk dengan pertumbuhan yang cepat diperkirakan akan
cepat pula matang gonad dan diharapkan benih yang dihasilkannya banyak serta
mengikuti pola pertumbuhan induknya.
D.
Perkawinan Induk
Calon induk yang sudah dimasukkan ke dalam akuarium akan
mengalami proses adaptasi. Dalam jangka waktu sekitar satu bulan lebih atau
diperkirakan telah berumur 6-7 bulan, calon induk akan melakukan perkawinan.
E.
Pemindahan Induk Ke
Akuarium Pengeraman
Induk betina yang sudah mulai
mengeluarkan telur ditandai dengan seringnya berdiam di dalam pipa paralon dan
terlihat ekornya terlipat ke dalam. Induk betina yang demikian sebaiknya segera
dipindahkan ke aquarium pengeraman dan penetasan, namun sebelum dipindahkan
siapkan aquarium dan isi air hingga ketinggian 25-30cm.
F.
Pengeraman dan
Penetasan Telur
Sekitar 19 hari setelah kawin atau 4
hari setelah keluar telur yang pertama semua telur akan keluar dengan warna
kuning. Sekitar 2 minggu kemudian, telur akan berubah warna dari kuning menjadi
orange. Setelah minggu ke 4 muncul bintik bintik hitam, bintik bintik tersebut
menandakan bahwa dalam waktu beberapa hari telur akan menetas. Telur akan
menetas diakhir minggu kelima.
Setelah telur menetas semuanya, benih
masih tetap menempel di tubuh induknya. Benih tidak langsung lepas dari tubuh
induknya karena masih membutuhkan makanan berupa lendir di tubuh induknya.
Benih baru mulai lepas dari induknya setelah 4-5 hari setelah menetas. Benih
tersebut sudah membentuk udang menyerupai induknya. Pada saat benih mulai ada
yang lepas sebaiknya dimasukkan pipa paralon berdiameter paling kecil.
G.
Perontokan Benih
Telur yang sudah menetas tidak
dibiarkan hingga semuanya lepas dari induknya. Jika menunggu sampai semua benih
atau anakan lepas dari induknya, dikhawatirkan sang induk akan memangsa anaknya
sendiri. Untuk menghindari terjadinya kanibalisme, maka segera benih dipanen
dengan cara dirontokkan. Perontokan dilakukan pada awal minggu ke 6 atau
setelah benih yang lepas dari tubuh induknya sekitar 25-30%. Waktu perontokan
tersebut dianggap tepat karena pada saat itu benih sudah cukup mampu lepas dari
induknya.
Cara perontokan benih dari tubuh
induknya dimulai dari penangkapan induk. Setelah itu, induk diangkat keatas
permukaan air sehingga yang terendam hanya sebagian tubuhnya. Pada saat itu
induk akan berontak dengan cara mengibas ngibaskan ekornya dan menggerak
gerakkan kakinya. Dengan demikian, benih akan lepas satu persatu dari tubuh
induknya.
Setelah benih lepas semuanya,
induk betina segera dikembalikkan ke aquarium perkawinan bersama pipa paralon
yang ada pada aquarium pengeraman. Pengembalian induk betina ke aquarium
perkawinan dimaksudkan agar induk tersebut segera melakukan perkawinan dan
bertelur lagi. Dari pengalaman kami, menunjukkan bahwa induk betina yang sudah
menetaskan telurnya, dalam waktu 3-4 minggu kemudian akan kembali bertelur.
H.
Perawatan Benih
Benih atau anakan yang sudah
dipanen atau dirontokkan dari induknya tetap dipelihara di dalam aquarium
penetasan hingga umur 1 bulan. Namun, aquarium harus diberi pipa paralon dengan
jumlah mendekati sama dengan banyaknya benih. Selain itu, ketinggian air
dikurangi hingga hanya sekitar 10-12cm.
I.
Pemindahan Benih
Benih yang telah berumur 1 bulan,
sebaiknya dipindahkan ke aquarium pemeliharaan. Pemindahan ini dimaksudkan agar
benih lebih bebas bergerak karena aquarium pemeliharaan lebih besar
dibandingkan dengan aquarium penetasan. Aquarium pemeliharaan dengan ukuran
100cm x 75cm x 25cm mampu menampung sekitar 100-200 ekor benih. Benih
dipindahkan bersama pipa-pipa paralon dengan cara diangkat satu persatu.
Sementara benih yang masih tersisa di aquarium penetasan diserok dengan kain
kasa, kemudian dimasukkan kedalam aquarium pemeliharaan. Ketinggian air
aquarium pemeliharaan cukup 10-12cm.
J.
Pemanenan Lobster
1. Panen
untuk konsumsi
Lobster
siap konsumsi mulai bisa dipanen pada umur 7 bulan. Lobster dengan umur
tersebut sudah mencapai berat 90-100 gram per ekor atau 10-12 ekor per
kilogram.
Cara panen lobster untuk konsumsi cukup
sederhana, yaitu dengan cara menguras total air bak.setelah air bak habis,
lobster ditangkap satu persatu dan di masukan ke dalam wadah atau langsung
dikemas dalam sebuah wadah kemasan berupa styrofoam.
2. Panen
untuk indukan
Jika pembesaran
lobster sebagian ditujukan untuk memenuhi permintaan calon induk maka pemanenan
dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan waktu pemanenan untuk konsumsi. Panen
calon indukan dilakukan mulai umur 3 bulan. Caranya dengan memperhatikan satu
per satu lobster muda. Lobster muda yang dipilih untuk calon indukan adalah
pertumbuhan lebih besar dibandingkan dengan lobster muda lainnya. Setelah itu,
lobster muda ditangkap menggunakan serokan. Selanjutnya, dimasukan ke dalam
akuarium yang telah dipersiapkan. Jumlah calon indukan yang bisa dipanen dalam
satu bak hanya berkisar 5-10%. Jika dalam satu bak terdapat lobster muda
sekitar 150-200 ekor maka calon induk yang bisa dipanen hanya berkisar 8-20
ekor.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lobster
ternyata tidak hanya ditemukan di perairan laut, tetapi juga di perairan tawar.
Bahkan, lobster air tawar dapat dibudidayakan di luar habitat aslinya. Udang
dengan ukuran “raksasa” ini ternyata disukai konsumen, baik di luar dalam
maupun di luar negeri. Lobster air tawar memiliki cita rasa lebih gurih
dibandingkan dengan lobster air laut. Tidak hanya itu, lobster air tawar
memiliki kandungan lemak, kolesterol, dan garam yang rendah sehingga aman
dikonsumsi oleh semua kalangan. Lobster air tawar juga bisa dijadikan sebagai
udang hias. Bentuk dan warna tubuh yang khas membuatnya layak mengisi akuarium.
Kondisi tersebut menggambarkan betapa prospek budidaya lobster air tawar
terbuka lebar.
B.
Saran
Lobser
air tawar sangat bermanfaat bagi masyarakat yang membudidayakan karena sebagai
sarana untuk memajukan perekonomian hidup. Selain itu, budidaya Lobster air
tawar juga untuk menjaga kelestarian hidup Lobster air tawar.
DAFTAR
PUSTAKA
Adijaya
S, Dian,”Besar Hiasan kecil penggoyang Lidah,”April 2003.
Chan, Thin-Yam and Yu,
Hsiang-ping, “The Illustrated Lobster of Taiwan (Taipei:SMK Publishing
Inv,1993.
Crandall,
Keith A. And James W. Fetzner, “Astacidea, Crayfishes and true losters?
Department, Sardi,”perkasa dengan
Lobster” Trubus, April 2003.
Hadie, Wartono dan Emmaati H.,
Lies, Budidaya Udang Galaha Gimacro (Jakarta: SWADAYA 2002).
Karjono dan Adijaya, Dian,
“Lobster Akuarium 10 bulan kembali modal”.Trubus, April 2003
Suyanto S., Rachmatun dan Achmad
Mujiman, Budi daya Udang Windu (Jakarta 1982)
Sugeng, W.A “Lobster Red
Claw Australia:Pengeban yang menguntungkan”kedaualan rakyat, 7 Maret 2003.
Komentar
Posting Komentar